Hutan disebut sebagai paru-paru dunia karena hutan produktif menghasilkan oksigen bagi kelangsungan hidup manusia. Diberitakan dari merdeka.com, hutan menutupi hampir ⅓ daratan di bumi ini dan menyediakan pelbagai infrastruktur organik. Hal ini menandakan betapa pentingnya hutan bagi kelangsungan hidup manusia.

Namun demikian, yang terjadi justru hutan semakin mengalami kemerosotan. Kemerosotan ini ditandai dengan banyaknya slot gacor hari ini kasus krisis hutan seperti kebakaran hutan, deforestasi, dan lain-lain.

Menghadapi Awal Tahun dengan Banjir di Kalimantan Selatan

Banjir yang terjadi pada awal tahun di Kalimantan Selatan ini banyak dibicarakan oleh khalayak karena adanya simpang siur tentang penyebab terjadinya.

Diberitakan dari Forest Watch Indonesia (FWI), para organisator menyoroti banjir disebabkan oleh berkurangnya hutan di Kalimantan Selatan. Sementara itu, Menteri Lingkungan dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, mengklaim bahwa banjir terjadi karena curah hujan yang tinggi.

FWI mengidentifikasi curah hujan di Indonesia atas klaim dari Menteri LHK sebelumnya. Hasil identifikasi ini menonjolkan bahwa peningkatan curah hujan pada musim penghujan malah masih pada angka yang stabil, sehingga mengaitkan petaka banjir di Kalimantan Selatan dengan curah hujan yaitu hal yang tidak relevan.

Kasus banjir di Kalimantan Selatan ini disebabkan oleh kurangnya tutupan hutan di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito dan Maluka. Hal hal yang demikian dikarenakan deforestasi secara terus menerus mengakibatkan perubahan iklim.

Diberitakan dari tempo.co, DAS Barito yang awalnya seluas 6,2 juta hektar, pada tahun 2019 tutupan hutannya hanya tinggal 3,5 juta hektar. Sedang DAS Maluka, dari total awal 88 ribu hektar sekarang hanya tinggal 854 hektar.

Menurut Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Arie Rompas, dalam diskusi daring yang dikutip dari tempo.co, deforestasi yaitu kontribusi riil dari banjir di Kalimantan Selatan.

“Fakta di Kalimantan menonjolkan deforestasi dan penggunaan tata guna lahan berkontribusi riil terhadap terjadinya banjir di Kalimantan Selatan,” kata Arie.

Deforestasi di Indonesia

Merujuk pada Tertib Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 70 Tahun 2017, deforestasi didefinisikan sebagai perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan. Kementerian LHK menyebutkan bahwa deforestasi di Indonesia menurun sekitar 75% dari tahun sebelumnya. Indonesia berhasil menurunkan angka deforestasi sebesar 115.459 hektar dibanding tahun sebelumnya sebesar 462.460 hektar.

Mengutip dari mongabay.co.id, Belinda A. Margono, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Kekuatan Hutan (PSDH) Ditjen Planologi dan Tidak Lingkungan Kementerian LHK mengatakan, deforestasi ini yaitu angka penurunan terendah selama ini.

“Banyak yang skeptis mengatakan deforestasi Indonesia turun karena hutan sudah habis. Siapa bilang? Hutan alam masih 94 juta hektar. Itu lebih dari 50% luas Indonesia. Jadi tidak benar kalau hutan sudah habis. Organisator betul,” katanya.

lingkungan Greenpeace Indonesia slot888 skeptis tentang pengaturan kebakaran hutan yang dianggap pemerintah sebagai unsur utama turunnya deforestasi. Mereka mengklaim bahwa laju deforestasi kemungkinan besar turun pada tahun 2020 dikarenakan lambatnya laju kesibukan ekonomi selama pandemi serta cuaca basah yang tidak biasa.

“Untuk mengklaim bahwa pengaturan kebakaran hutan, reformasi agraria dan penegakan undang-undang di sektor kehutanan ialah kontributor utama, saya kira masih terlalu dini,” kata Direktur Greenpeace Indonesia, Leonardo Simanjuntak kepada Reuters, dikutip dari VOA.

Dari kompleksitas keadaan sulit hal yang demikian, sudah segianya kita sebagai makhluk bumi untuk terus menjaga slot demo wild west gold kelestarian hutan sebagai paru-paru dunia dan menentang seluruh format pengrusakan dengan alasan apa saja. Selamat Hari Hutan Sedunia!.